BRICS adalah sebuah blok ekonomi yang terdiri dari negara-negara berkembang yang berupaya untuk menantang dominasi negara-negara maju dalam tatanan ekonomi global. Pada awal tahun 2025, Indonesia resmi bergabung sebagai anggota penuh BRICS, menandai langkah penting dalam diplomasi ekonomi Indonesia. Mari kita kenali lebih dalam tentang BRICS, sejarahnya, serta peran dan manfaatnya bagi Indonesia.

Apa Itu BRICS?

BRICS adalah akronim yang berasal dari nama negara-negara anggotanya: Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Awalnya, istilah BRIC diciptakan oleh ekonom Goldman Sachs, Jim O’Neill, pada tahun 2001 untuk menggambarkan negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pada tahun 2010, Afrika Selatan bergabung, sehingga nama kelompok ini berubah menjadi BRICS.

BRICS dibentuk dengan tujuan untuk menciptakan alternatif terhadap dominasi kekuatan Barat dalam lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia dan IMF. Blok ini berfungsi sebagai forum bagi negara-negara berkembang untuk berkolaborasi dalam berbagai isu ekonomi dan politik, serta untuk memperjuangkan kepentingan mereka di panggung global.

Sejarah dan Perkembangan BRICS

BRICS mulai terbentuk pada tahun 2009 ketika negara-negara anggotanya mengadakan KTT pertama di Yekaterinburg, Rusia. Sejak saat itu, BRICS telah berkembang menjadi kekuatan yang signifikan dalam ekonomi global. Pada tahun 2023, BRICS mengundang enam negara baru untuk bergabung, yaitu Argentina, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Namun, Argentina kemudian memutuskan untuk tidak bergabung setelah pemilihan presiden yang baru.

Dengan bergabungnya Indonesia pada awal 2025, BRICS kini memiliki sebelas anggota penuh. Keanggotaan Indonesia disetujui secara konsensus oleh negara-negara anggota lainnya pada pertemuan puncak di Johannesburg pada tahun 2023.

Manfaat Bergabung dengan BRICS

Bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS membawa sejumlah manfaat strategis, antara lain:

  1. Akses ke Sumber Pendanaan: Indonesia dapat memanfaatkan Bank Pembangunan Baru (New Development Bank) yang didirikan oleh BRICS untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan.
  1. Peluang Ekspor: Dengan menjadi anggota BRICS, Indonesia memiliki kesempatan untuk memperluas pasar ekspor ke negara-negara anggota lainnya, yang mencakup hampir setengah populasi dunia.
  1. Peran dalam Reformasi Global: Indonesia dapat berkontribusi dalam mendorong reformasi lembaga-lembaga tata kelola global agar lebih inklusif dan representatif, sejalan dengan tujuan BRICS.
  1. Kerja Sama Multilateral: Keanggotaan ini juga memperkuat posisi Indonesia dalam kerja sama multilateral, terutama dalam isu-isu yang berkaitan dengan negara-negara berkembang.

BRICS sebagai Pesaing Negara Maju

BRICS semakin dianggap sebagai pesaing utama bagi negara-negara maju, terutama G7. Dengan kontribusi yang signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global, BRICS menyumbang sekitar 37,3% dari total PDB dunia pada tahun 2024, melampaui G7 yang hanya mencapai 30%. Hal ini menunjukkan bahwa BRICS telah berhasil mengubah lanskap ekonomi global dan menjadi kekuatan penyeimbang bagi dominasi negara-negara maju.

Tantangan yang Dihadapi BRICS

Meskipun BRICS memiliki potensi besar, kelompok ini juga menghadapi beberapa tantangan. Perbedaan kepentingan politik dan ekonomi di antara negara-negara anggota dapat menjadi hambatan dalam pengambilan keputusan bersama. Misalnya, hubungan antara India dan China yang sering kali tegang dapat mempengaruhi dinamika internal BRICS.

Selain itu, dominasi ekonomi China dalam kelompok ini juga menjadi perhatian. Meskipun China memiliki PDB yang jauh lebih besar dibandingkan anggota lainnya, hal ini dapat menimbulkan ketidakpuasan di antara negara-negara anggota lainnya yang ingin memiliki suara lebih besar dalam pengambilan keputusan.

BRICS merupakan blok ekonomi yang semakin berpengaruh dalam tatanan global, terutama setelah bergabungnya Indonesia sebagai anggota penuh. Dengan tujuan untuk menciptakan alternatif terhadap dominasi negara-negara maju, BRICS berupaya untuk memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang. Keanggotaan Indonesia diharapkan dapat memperkuat posisi negara dalam kerja sama internasional dan memberikan manfaat bagi pembangunan ekonomi nasional.